Kamis, 24 Januari 2013

Kanker Usus Besar



Apa itu Kanker Usus Besar  ?
Kanker usus besar atau disebut juga kanker kolorektal merupakan salah satu jenis kanker ganas yang tumbuh pada permukaan usus besar (kolon) atau anus (rectum). Kanker usus besar adalah kanker yang amat dipengaruhi lingkungan dan gaya hidup.


Apa penyebab Kanker Usus Besar ?
  • Pola makan yang salah (terlalu banyak mengonsumsi makanan tinggi lemak dan protein, serta rendah serat)
  • Obesitas (kegemukan)
  • Sering terpapar bahan pengawet maupun pewarna makanan yang bukan untuk makanan
  • Merokok
  • Jarang melakukan kegiatan fisik
  • Pernah terkena kanker usus besar / polip di usus

Bagaimana gejalanya ?
  • Pendarahana pada usus besar yang ditandai dengan ditemukannya darah pada feses saat buang air besar
  • Perubahan pada fungsi usus dengan gejala diare atau sembelit yang tidak jelas sebabnya, berlangsung lebih dari enam minggu.
  • Penurunan bera badan tanpa sebab yang jelas
  • Rasa sakit di perut atau bagian belakang
  • Perut masih terasa penuh, meskipun sudah buang air besar
  • Rasa lelah yang terus-menerus

Bagaimana diagnosisnya ?
  • Fecal occult blood test (FOBT) - Mendeteksi adanya darah pada tinja, harus dicari dari mana sumbernya.
  • Sigmoidoscopy - Pemeriksaan dengan cara meneropong dengan memasukkan kamera yang terdapat pada sejenis pip yang terbuat dari serat optic melalui anus (rectum) ke dalam usus sampai kolon sigmoid.
  • Colonoscopy - Hampir sama dengan Sigmoidoscopy. Pemeriksaan menggunakan kabel fiber optic yang agak panjang, sehingga seluruh recum dan usus besar dapat diteropong dapat diperiksa.
  • Pemeriksaan radiology (CT Scan) - Dengan menggunakan sinar X untuk melihat kondisi usus.

  • Colok Dubur - Oleh dokter dengan memasukkan jari yang sudah dilapisi sarung tangan dan zat lubrikasi ke dalam dubur kemudian memeriksa bagian dalam rectum.

Pengobatan yang dilakukan
  • Pembedahan / Operasi
  • Kemoterapi
  • Radiasi / Radioterapi

Pencegahan yang dapat dilakukan
  • Hindari makanan yang mengandung tinggi lemak, protein, kalori, serta daging merah. Jangan melupakan konsumsi kalsium dan asam folat.
  • Disarankan mengkonsumsi vitamin E dan vitamin D yang dapat membantu memperkuat kerja system imun.
  • Makan buah dan sayuran setiap hari.
  • Pertahankan IMT (Indeks Massa Tubuh)
  • Lakukan aktivitas fisik
  • Hindari kebiasaan merokok

Dampak yang ditimbulkan oleh Kanker Usus Besar
  • Anemia
  • Anoreksia
  • Penurunan berat badan

Selasa, 22 Januari 2013

Waspadai Penyakit Akibat Tikus di Rumah




.

Keberadaan tikus di rumah tentu amat menganggu keluarga. Gangguan dari hewan pengerat ini terutama karena dapat menyebabkan banyak penyakit jika ditemukan di lingkungan sekitar rumah.

Berikut beberapa penyakit yang bisa disebarkan tikus seperti yang kami kutip dari situs Badan Pengendali dan Pencegahan Penyakit AS (CDC):

1. Murine Thypus
Penyakit ini disebabkan infeksi virus R. typhi yang ditularkan kepada manusia melalui kutu yang berasal dari tikus. Kutu dari tikus yang sudah terinfesi virus ini bisa ditemukan sepanjang tahun di lingkungan tropis yang lembab seperti halnya kondisi di Indonesia.

2. Hantavirus Pulmonary Syndrome (HPS)
Penyakit ini merupakan penyakit berbahaya yang disebabkan tikus yang terinfeksi melalui air seni, tinja atau air liur mereka. Kita dapat tertular HPS saat menghirup udara yang sudah tercemar hantavirus penyebab HPS. HPS pertama kali ditemukan 1993 dan hingga kini kasusnya sudah ditemukan di seluruh AS. Penyakit ini dapat dicegah dengan pengendalian hama tikus di lingkungan rumah.

3. Rat-bite fever (RBF)
Penyakit ini disebabkan bakteri Streptobacillus moniliformis yang ditularkan melalu gigitan atau cakaran tikus. RBF juga bisa menular karena konsumsi makanan yang sudah tercemar kotoran tikus.

4. Salmonella enterica serovar Typhimurium
Penyakit ini akan menimbulkan gejala diare, kram perut, muntah-muntah serta mual dan bisa berlangsung selama tujuh hari. Hati-hati jika terjadi gejala ini pada anak-anak karena bisa menjadi fatal apabila tak ditangani secara serius.

5. Leptospirosis
Penyakit ini ditimbulkan bakteria dari genus Leptospira. Jika dialami manusia banyak gejala yang timbul seperti demam tinggi, pusing-pusing, menggigil, kejang otot, muntah, mata merah, sakit pada otot perut, diare serta ruam kulit. Jika tak ditangani bisa menimbulkan kerusakan ginjal, meningitis, kegagalan fungsi hati serta gangguan pernafasan.

Senin, 21 Januari 2013

Cara Menghitung Denyut Jantung

Cara Menghitung Denyut Jantung

>> Jantung adalah organ vital dan merupakan pertahanan terakhir untuk hidup selain otak. Denyut yang ada di jantung ini tidak bisa dikendalikan oleh manusia. Berapa sebenarnya jumlah rata-rata denyut jantung yang normal?

Denyut jantung biasanya mengacu pada jumlah waktu yang dibutuhkan oleh detak jantung per satuan waktu, secara umum direpresentasikan sebagai bpm (beats per minute).

Denyut jantung yang optimal untuk setiap individu berbeda-beda tergantung pada kapan waktu mengukur detak jantung tersebut (saat istirahat atau setelah berolahraga). Variasi dalam detak jantung sesuai dengan jumlah oksigen yang diperlukan oleh tubuh saat itu.

Detak jantung atau juga dikenal dengan denyut nadi adalah tanda penting dalam bidang medis yang bermanfaat untuk mengevaluasi dengan cepat kesehatan atau mengetahui kebugaran seseorang secara umum.

"Pada orang dewasa yang sehat, saat sedang istirahat maka denyut jantung yang normal adalah sekitar 60-100 denyut per menit (bpm). Jika didapatkan denyut jantung yang lebih rendah saat sedang istirahat, pada umumnya menunjukkan fungsi jantung yang lebih efisien dan lebih baik kebugaran kardiovaskularnya," ujar Edward R. Laskowski, M.D, seorang physical medicine and rehabilitation specialist.

Laskowski menambahkan ada banyak faktor yang dapat mempengaruhi jumlah denyut jantung seseorang, yaitu aktivitas fisik atau tingkat kebugaran seseorang, suhu udara disekitar, posisi tubuh (berbaring atau berdiri), tingkat emosi, ukuran tubuh serta obat yang sedang dikonsumsi.

Setiap orang bisa mengukur denyut jantungnya sendiri tanpa perlu menggunakan stetoskop. Untuk mengukur denyut jantung di rumah bisa dengan cara memeriksa denyut nadi. Tempatkan jari telunjuk dan jari tengah pada pergelangan tangan atau tiga jari pada sisi leher. Saat merasakan denyut nadi, lihatlah jam untuk mneghitung jumlah denyut selama 15 detik. Hasil yang didapatkan di kalikan empat, maka didapatkan jumlah denyut jantung Anda per menit.

Meskipun jumlah denyut bervariasi, tapi denyut yang terlalu tinggi atau rendah dapat menunjukkan adanya masalah yang mendasar. Konsultasikan ke dokter jika denyut Anda secara konsisten di atas 100 bpm (tachycardia) atau di bawah 60 bpm (Bradycardia), terutama jika disertai gejala lain seperti pusing, sesak napas atau sering pingsan.

Denyut jantung seseorang juga dipengaruhi oleh usia dan aktivitasnya. Olahraga atau aktivitas fisik dapat meningkatkan jumlah denyut jantung, namun jika jumlahnya terlalu berlebihan atau di luar batas sehat dapat menimbulkan bahaya.

Untuk mendapatkan nilai denyut jantung maksimal dilakukan dengan cara mengurangi angka 220 dengan usia. Misal usianya 40 tahun, maka jumlah maksimalnya adalah 180 bpm.

Dengan melakukan tes sederhana tersebut, seseorang bisa mengetahui apakah denyut jantunya normal atau tidak. Hal ini juga berguna sebagai diagnosis awal ada atau tidaknya gangguan kardiovaskuler.


Denyut nadi dalam olahraga
Pertama-tama yang perlu kita ketahui adalah denyut nadi normal kita. Hasilnya dapat diperoleh dengan menghitung denyut nadi saat bangun pagi, sebelum melakukan aktivitas apapun. Hasil ini juga sering disebut denyut nadi istirahat (resting heart rate). Agar diperoleh hasil yang akurat, Sebaiknya pengukuran dilakukan tiga hari berturut-turut. Kemudian, ambil rata-ratanya.

“Kalau denyutnya di atas 100, berarti ada sesuatu yang tidak beres. Mungkin kita sedang demam, sakit tenggorokan, akan haid, atau ada masalah lain.”

Sebelum berolahraga, sebaiknya juga mengukur denyut nadi. Bila di atas 100, Sebaiknya A tidak berolahraga dulu. Kemudian, di tengah latihan inti, diukur lagi. Kalau melebihi zone latihan (li-hat boks), Sebaiknya mengurangi intensitas latihan. Misalnya, mengurangi kecepatan lari. “Sedangkan bila denyutnya di bawah zone latihan, berarti latihan yang kita lakukan sia-sia. Anda cuma dapat capeknya.” Namun, pengukuran saat latihan ini hanya dapat dilakukan pada olahraga

Cara Menghitung
1. Tempel dan tekankan (Jangan terlalu keras) tiga jari (telunjuk, tengah, manis) salah satu tangan pada pergelangan tagan yang lain. Temukan denyut nadi kita. Setelah itu, barulah kita mulai menghitung.
2, Hitunglah denyut nadi Selama 15 detik. Kemudian, hasilnya dikalikan 4.

Angka-angka Itu
- Denyut nadi normal: 60 – 100/menit
- Denyut nadi maksimal: 220 – umur
- Zone latihan (training zone; yaitu
tingkat intensitas dimana Anda bisa berolahraga): 70% – 85% dari denyut nadi maksimal

Yang Mudah & Sulit DiuKur
Olahraga tipe 1 : tidak memerlukan ke-trampilan khusus dan denyut nadi mudah diukur Misalnya: jogging, lari, bersepeda
Olahraga tipe 2 : memerlukan ke-trampilan dan denyut nadi sulit diukur Misalnya: senam aerobik, berenang
Olahraga tipe 3 : olahraga permainan dan denyut nadi sangat sulit diukur. misalnya: tenis, basket, bulutangkis

tipe 1, seperti jogging atau lari. Setelah latihan, kembali denyut nadi diukur. Kalau sudah kembali ke denyut normal, berarti kita sudah boleh mandi.
Pengukuran denyut nadi ini dapat disetarakan dengan talk-test. Caranya mudah. Selama kita berjalan atau berlari, cobalah disambi ngobrol, Kalau terengah-engah, berarti kita sudah melewati zone latihan . Kurangi intensitasnya.
Jadi, jelas, bukan, betapa pentingnya pengukuran denyut nadi? Tujuannya apalagi kalau bukan untuk mengoptimalkan latihan .

Minggu, 20 Januari 2013

Kateterisasi Urine

Kateterisasi Urine

( Prosedur Kateterisasi Urine pada Pria )



1. Pengertian Kateterisasi Urine
Kateterisasi urine adalah memasukkan selang karet atau plastik melalui uretra kedalam kandung kemihkateterisasi-urine-pria
2. Tujuan Kateterisasi Urine
a. Menghilangkan distensi kandung kemih
b. Mendapatkan spesimen urine
c. Mengkaji jumlah residu urine, jika kandung kemih tidak mampu sepenuhnya dikosongkan
3. Persiapan Kateterisasi Urine

a. Persiapan pasien
1) Mengucapkan salam terapeutik
2) Memperkenalkan diri
3) Menjelaskan pada klien dan keluarga tentang prosedur dan tujuan tindakan yang akan dilaksanakan.
4) Penjelasan yang disampaikan dimengerti klien/keluarganya
5) Selama komunikasi digunakan bahasa yang jelas, sistematis serta tidak mengancam.
6) Klien/keluarga diberi kesempatan bertanya untuk klarifikasi
7) Privasi klien selama komunikasi dihargai.
8)  Memperlihatkan kesabaran , penuh empati, sopan, dan perhatian serta respek selama berkomunikasi dan melakukan tindakan
9) Membuat kontrak (waktu, tempat dan tindakan yang akan dilakukan)
b. Persiapan alat
1) Bak instrumen berisi :
a) Poly kateter sesuai ukuran 1 buah (klien dewasa yang pertama kali dipasang kateter biasanya dipakai no. 16)
b) Urine bag steril 1 buah
c) Pinset anatomi 2 buah
d) Duk steril
e) Kassa steril yang diberi jelly
2) Sarung tangan steril
3) Kapas sublimat dalam kom tertutup
4) Perlak dan pengalasnya 1 buah
5) Sampiran
6) Cairan aquades atau Nacl
7) Plester
8)  Gunting verband
9) Bengkok 1 buah
10) Korentang pada tempatnya
4. Prosedur Kateterisasi Urine
a. Pasien diberi penjelasan tentang prosedur yang akan dilakukan, kemudian alat-alat didekatkan ke klien
b. Pasang sampiran
c. Cuci tangan
d. Pasang pengalas/perlak dibawah bokong klien
e. Pakaian bagian bawah klien dikeataskan/dilepas, dengan posisi klien terlentang. Kaki sedikit dibuka. Bengkok diletakkan didekat bokong klien
f. Buka bak instrumen, pakai sarung tangan steril, pasang duk steril, lalu bersihkan alat genitalia dengan kapas sublimat dengan menggunakan pinset.
g. Bersihkan genitalia dengan cara : Penis dipegang dengan tangan non dominan penis dibersihkan dengan menggunakan kapas sublimat oleh tangan dominan dengan gerakan memutar dari meatus keluar. Tindakan bisa dilakukan beberapa kali hingga bersih. Letakkan pinset dalam bengkok
h. Ambil kateter kemudian olesi dengan jelly. Masukkan kateter kedalam uretra kira-kira 10 cm secara perlahan-lahan dengan menggunakan pinset sampai urine keluar. Masukkan cairan Nacl/aquades 20-30 cc atau sesuai ukuran yang tertulis. Tarik sedikit kateter. Apabila pada saat ditarik kateter terasa tertahan berarti kateter sudah masuk pada kandung kemih
i. Lepaskan duk, sambungkan kateter dengan urine bag. Lalu ikat disisi tempat tidur
j. Fiksasi kateter
k. Lepaskan sarung tangan
l. Klien dirapikan kembali
m. Alat dirapikan kembali
n. Mencuci tangan
o. Melaksanakan dokumentasi :
1) Catat tindakan yang dilakukan dan hasil serta respon klien pada lembar catatan klien
2) Catat tanggal dan jam melakukan tindakan dan nama perawat yang melakukan dan tanda tangan/paraf pada lembar catatan klien

Kamis, 17 Januari 2013

Kelenjar Endokrin Yang Terdapat Pada Janin


Kelenjar Endokrin Yang Terdapat Pada JaninKelenjar endokrin  juga disebut kelenjar buatan . Karena kelenjar endokrin tidak mempunyai saluran khusus tetapi langsung ke pembuluh darah, tidak ke dalam rongga tubuh. Cabang kedokteran yang mempelajari kelainan pada kelenjar endokrin disebut endokrinologi, suatu cabang ilmu kedokteran yang cakupannya lebih luas di bandingkan dengan penyakit dalam.
Kelenjar endokrin merupakan salah satu kelenjar yang menghasilkan hormon-hormon yang berperan dalam pematangan dan. Pengaturan oleh hormon tersebut bertujuan agar seorang bayi dapat bertahan hidup baik di dalam rahim maupun di luar rahim.
Berikut adalah Kelenjar endokrin pada janin :
1.      Hipofisis Anterior.
Hipofisis anterior janin berdiferensiasi menjadi lima tipe sel yang mensekresi enam hormon protein, yaitu sebagai berikut :
  • Laktotrop memproduksi prolaktin (PRL).
  • Somatotrop, memproduksi hormon pertumbuhan (GH).
  • Kortikotrop, memproduksi kortikotropin (ACTH).
  • Tirotrop, memproduksi thyroid-stimulating horomone (TSH).
  • Gonadotrop, memproduksi luteinizing hormone (LH) dan follicle-stimulating hormone (FSH).
ACTH pertama kali di deteksi pada hipofisis janin yaitu pada minggu ke-7 kehamilan dan sebelum akhir minggu ke-17. Hipofisis janin mampu mensintesis dan menyimpan semua hormon hipofisis. GH, ACTH dan LH telah di identifikasi pada hipofisis janin manusia pada minggu ke-13 kehamilan. Kadar hormon pertumbuhan hipofisis agak tinggi pada darah tali pusat. Hipofisis janin menghasilakan dan melepaskan endorfin-β dengan cara yang berbeda dari kadar plasma ibunya. Kadar endorfin-β dan lipotrofin-β darah tali pusat di temukan menurun sesuai dengan menurunnya pH janin, tetapi berkorelasi dengan cara yang positif dengan PCO2 janin.
2.      Neurohipofisis.
Neurohipofisis janin berkembang dengan baik pada masa kehamilan minggu ke-10 sampai ke-12 dan dapat di temukan oksitosin dan arginin vasopresin (AVP). Di samping itu, terdapat juga hormon vasotosin (AVT) di hipofisis janin dan kelenjar pineal. AVT hanya terdapat pada kehidupan janin manusia. Ada kemungkinan oksitosin dan AVP berfungsi pada janin untuk menghemat air, tetapi keadaan  ini banyak terjadi pada tingkat paru dan plasenta dibandingkan pada tingkat ginjal. Pembentukan PGE2 di dalam ginjal janin dapat melemahkan kerja AVP di organ ini. Kadar AVP di plasma tali pusat meningkat secara menyolok dibandingkan dengan kadar yang ditemukan dalam plasma ibu. Di samping itu, AVP dalam darah tali pusat dan darah janin tampak meninggi pada stress janin.
3.      Hipofisis Intermedia Janin.
Ada lobus intermedia hipofisis yang berkembang baik pada janin manusia. Sel-sel dalam struktur ini mulai menghilang sebelum cukup bulan dan tidak ada lagi pada hipofisis dewasa. Produk sekresi utaria dari sel-sel lobus intermedia adalah hormon stimulasi α-melanosit (α-MSH) dan β-endorfin. Kadar α-MSH janin menurun sesuai dengan umur kehamilan.
4.      Tiroid.
Sistem hipofisis-tiroid mampu berfungsi pada akhir trimester pertama kehamilan. Tetapi sampai tengah-tengah kehamilan, sekresi thyroid-stimulating hormone dan hormon tiroid masih rendah. Ada peningkatan yang lumayan besar setelah waktu ini. Mungkin sangat sedikit tirotropin melintasi plasenta dari ibu ke janin dibandingkan stimulator-stimulator. Demikian juga tiroid berjangka panjang LATS dan LATS-protektor, bila terdapat dalam konsentrasi tinggi pada ibunya. Selain itu, pada antibody-antibodi IgG ibu terhadap thyroid-stimulating hormon (TSH) yang juga dapat melintasi plasenta sehingga mengakibatkan kadar TSH pada janin tinggi.
Fase-fase peristiwa umur kehamilan, yaitu sebagai berikut :
  • Embriogenesis sumbu hipofisis-tiroid, yaitu minggu ke2 sampai ke-12.
  • Pematangn hipotalamus, yaitu pada minggu ke-10 sampai ke-35.
  • Perkembangan pengendalian neuroendorin, yaitu pada minggu ke-20 kehamilan sampai minggu ke-4 setelah kelahiran.
  • Pematangan sistem monodeyodinasi perifer, yaitu pada minggu ke-30 kehamilan sampai minggu ke-4 setelah kelahiran.
Plasenta manusia secara aktif mengonsentrasikan yodida pada sisi janin. Pada trimester ke-2 dan ke-3 kehamilan, tiroid janin mengonsentrasikan yodida lebih kuat dari tiroid ibu. Oleh karena itu, pemberian jumlah yodida yang berlebihan sangat berbahaya bagi janin. Hormon tiroid yang berasal dari ibu melintasi plasenta pada tingkat yang sangat terbatas dengan triyodotironin yang lebih mudah lewat daripada tiroksin. Ada aksi terbatas hormon tiroid selama kehidupan janin. Janin manusia yang atiroid tumbuh secara normal pada waktu lahir. Hanya jaringan-jaringan tertentu yang mungkin responsif terhadap hormon tiroid, yaitu otak dan paru.
5.      Paratiroid.
Paratiroid menguraikan parathormon pada akhir trimester pertama dan kelenjar tersebut tampaknya memberi respon dalam utero terhadap stimulasi pengaturan. Kadar paratiroid dalam darah janin relatif rendah dan kadar kalsitonin tinggi.
6.      Adrenal.
Adrenal janin manusia dibandingkan dengan ukuran badan totalnya jauh lebih besar daripada perbandingan ukuran tersebut pada orang dewasa. Seluruh pembesaran tersebut merupakan bagian dalamnya atau yang disebut zone janin korteks adrenal. Zone janin yang normal mengalami hipertrofi tersebut, dan mengalami involusio dengan cepat setelah lahir. Adrenal janin juga mensintesis aldosteron. Kadar aldosteron di plasma tali pusat mendekati cukup bulan melebihi kadarnya di plasma ibu, seperti juga rennin dan substrat rennin.
Tubulus-tubulus ginjal janin dan bayi baru lahir tampak relatif tidak sensitif terhadap aldosteron. Pada awal kehidupan embrional, adrenal janin tersusun dari sel-sel yang mirip dengan sel-sel zona fetal korteks adrenal janin. Sel-sel ini dengan cepat muncul dan berproliferasi sebelum waktu vaskularisasi hipofisis oleh hipotalamus sempurna. Hal ini memberi kesan bahwa perkembangan awal adrenal janin berada di bawah pengaruh-pengaruh trofik yang mungkin tidak sepenuhnya sesuai dengan pengaruh trofik pada orang dewasa.
Kemungkinan ACTH disekresi oleh hipofisis janin tanpa adanya faktor corticotropin-releasing factor (CRF) atau ACTH (atau CRF) lain yang timbul dari suatu sumber selain hipofisis janin, misalnya dari ACTH (atau CRF) korionik yang disintesis oleh trofoblas. ACTH tidak menyebrangi plasenta. Tetapi ada kemungkinan lain, ini mencakup kemungkinan bahwa ada suatu agen selain ACTH yang meningkatkan replikasi sel-sel adrenal zona fetal. Korteks adrenal fetus normal terus menerus berkembang sepanjang kehamilan dan selama 5 sampai 6 minggu kehamilan terakhir, terjadi kenaikan cepat ukuran adrenal fetus manusia. Jelas bahwa laju pertumbuhan adrenal fetus dan sekresi steroid tidak dikendalikan oleh rangsang trofik tunggal (ACTH), tetapi lebih diatur oleh lebih dari satu jenis agen yang menunjang pertumbuhan.
7.      Gonad.
Siiteri dan Wilson (1974) mengemukakan bahwa sintesis testosteron oleh testis janin dari progesterone dan pregnenolon terjadi pada minggu ke-10 kehamilan. Kemudian, Leinonen dan Jaffe ( 1985) menemukan bahwa sel-sel Leydig testis janin luput dari desensitisasi yang khas pada testis dewasa, yang diberi tantangan-tantangan hCG berulang.
Fenomena dalam testis janin ini mungkin di sebabkan oleh :
  • Tidak adanya reseptor estrogen di dalam testis janin.
  • Stimulasi prolaktin pada reseptor hCG/LH yang terdapat pada testis janin.
Karena itu, ada hubungan yang erat antara gambaran perkembangan sel-sel Leydig dalam testis janin dengan kadar hCG, pembentukan testosteron testis dengan kadar hCG, konsentrasi reseptor untuk kadar LH/hCG dengan tidak adanya regulasi penurunan reseptor LH/hCG, dan sekresi testosteron testikuler janin yang terus menerus pada waktu kadar hCG tinggi.
Pembentukan estrogen di ovarium janin telah didemonstrasikan tetapi tidak diperlukan untuk perkembangan fenotip perempuan. Di samping peningkatan pembentukan hormon steroid seks dan mineralkortikoid ini, juga ada peningkatan menyolok kadar rennin, angiotensinogen dan angiotensin II plasma, bersamaan dengan produksi harian 1 g laktogen plasenta manusia (hPL) dan jumlah gonadotropin korionik manusia (hCG) dalam jumlah banyak.
Plasenta juga memproduksi adrenokortikotropin (ACTH) korionik dan produk-produk lain dari pro-opiomelanokortik, human korionik tirotropin (hCT) dan juga hypothalamic-like releasing dan inhibiting hormon, yaitu thyrotropin-releasing hormone (TRH), gonadotropin-releasing hormone (GnRH) atau luteinizing hormon-releasing hormone (LHRH), corticotropin-releasing factor (CRF) dan somatostatin serta inhibin dan berbagai macam protein yang unik untuk kehamilan (spesifik-kehamilan) atau proses-proses neoplastik. Selain itu, plasenta dapat mengubah DHEA yang berasaldari korteks adrenal janin menjadi estrogensewaktu mencapai plasenta melalui aliran darah janin.

Rabu, 16 Januari 2013

Kode Etik Keperawatan (PPNI, ANA dan ICN)

Kode etik adalah pernyataan standar profesional yang digunakan sebagai pedoman perilaku dan menjadi kerangka kerja untuk membuat keputusan. Aturan yang berlaku untuk seorang perawat Indonesia dalam melaksanakan tugas/fungsi perawat adalah kode etik perawat nasional Indonesia, dimana seorang perawat selalu berpegang teguh terhadap kode etik sehingga kejadian pelanggaran etik dapat dihindarkan.
A. Kode Etik Keperawatan menurut PPNI.
Kode etik keperawatan di Indonesia telah disusun oleh Dewan Pinpinan Pusat Persatuan Perawat Nasioanl Indonesia (DPP PPNI) melalui munas PPNI di Jakarta pada tangal 29 November 1989.
Fungsi Kode Etik Perawat
Kode etik perawat yang berlaku saat ini berfungsi sebagai landasan bagi status profesional dengan cara sebagai berikut:
  1. Kode etik perawat menunjukkan kepada masyarakat bahwa perawat diharuskan memahami dan menerima kepercayaan dan tanggungjawab yang diberikan kepada perawat oleh masyarakat.
  2. Kode etik menjadi pedoman bagi perawat untuk berperilaku dan menjalin hubungan keprofesian sebagai landasan dalam penerapan praktek etika.
  3. Kode etik perawat menetapkan hubungan-hubungan profesional yang harus dipatuhi yaitu hubungan perawat dengan pasien/klien sebagai advokator, perawat dengan tenaga profesional kesehatan lain sebagai teman sejawat, dengan profesi keperawatan sebagai seorang kontributor dan dengan masyarakat sebagai perwakilan dari asuhan kesehatan.
  4. Kode etik perawat memberikan sarana pengaturan diri sebagai profesi.
Kode etik keperawatan Indonesia : Terdiri dari 5 Bab, dan 17 pasal. yaitu:
1.  Tanggung jawab perawat terhadap individu, keluarga dan masyarakat
  • Perawat dalam melaksanakan pengabdiannya senantiasa berpedoman kepada tanggungjawab yang bersumber dari adanya kebutuhan akan keperawatan individu, keluarga dan masyarakat.
  • Perawat dalam melaksanakan pengabdiannya di bidang keperawatan senantiasa memelihara suasana lingkungan yang menghormati nilai-nilai budaya, adat-istiadat dan kelangsungan hidup beragama dari individu, keluarga dan masyarakat.
  • Perawat dalam melaksanakan kewajibannya bagi individu, keluarga dan masyarakat senantiasa dilandasi dengan rasa tulus ikhlas sesuai dengan martabat dan tradisi luhur keperawatan.Tanggungjawab terhadap tugas.
  • Perawat senantiasa menjalin hubungan kerja sama dengan individu, keluarga dan masyarakat dalam mengambil prakarsa dan mengadakan upaya kesehatan khususnya serta upaya kesejahteraan umum sebagai bagian dari tugas kewajiban bagi kepentingan masyarakat.
2.  Tanggungjawab terhadap tugas
  • Perawat senantiasa memelihara mutu pelayanan keperawatan yang tinggi disertai kejujuran profesional dalam menerapkan pengetahuan serta ketrampilan keperawatan sesuai dengan kebutuhan individu, keluarga dan masyarakat.
  • Perawat wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahui sehubungan dengan tugas yang dipercayakan kepadanya kecuali jika diperlukan oleh yang berwenang sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku.
  • Perawat tidak akan menggunakan pengetahuan dan keterampilan keperawatan untuk tujuan yang bertentangan dengan norma-norma kemanusiaan.
  • Perawat dalam menunaikan tugas dan kewajibannya senantiasa berusaha dengan penuh kesadaran agar tidak terpengaruh oleh pertimbangan kebangsaan, kesukuan, warna kulit, umur, jenis kelamin, aliran politik dan agama yang dianut serta kedudukan sosial.
  • Perawat senantiasa mengutamakan perlindungan dan keselamatan klien dalam melaksanakan tugas keperawatan serta matang dalam mempertimbangkan kemampuan jika menerima atau mengalihtugaskan tanggungjawab yang ada hubungannya dengan keperawatan.
3.  Tanggungjawab terhadap sesama perawat dan profesi kesehatan lainnya
  • Perawat senantiasa memelihara hubungan baik antara sesama perawat dan dengan tenaga kesehatan lainnya, baik dalam memelihara kerahasiaan suasana lingkungan kerja maupun dalam mencapai tujuan pelayanan kesehatan secara menyeluruh.
  • Perawat senantiasa menyebarluaskan pengetahuan, keterampilan dan pengalamannya kepada sesama perawat serta menerima pengetahuan dan pengalaman dari profesi lain dalam rangka meningkatkan kemampuan dalam bidang keperawatan.
4.  Tanggungjawab terhadap profesi keperawatan
  • Perawat senantiasa berupaya meningkatkan kemampuan profesional secara sendiri-sendiri dan atau bersama-sama dengan jalan menambah ilmu pengetahuan, keterampilan dan pengalaman yang bermanfaat bagi perkembangan keperawatan.
  • Perawat senantiasa menjunjung tinggi nama baik profesi keperawatan dengan menunjukkan perilaku dan sifat pribadi yang luhur.
  • Perawat senantiasa berperan dalam menentukan pembakuan pendidikan dan pelayanan keperawatan serta menerapkan dalam kegiatan dan pendidikan keperawatan.
  • Perawat secara bersama-sama membina dan memelihara mutu organisasi profesi keperawatan sebagai sarana pengabdiannya.
5.  Tanggungjawab terhadap pemerintah, bangsa dan negara
  • Perawat senantiasa melaksanakan ketentuan-ketentuan sebagai kebijaksanaan yang diharuskan oleh pemerintah dalam bidang kesehatan dan keperawatan.
  • Perawat senantiasa berperan secara aktif dalam menyumbangkan pikiran kepada pemerintah dalam meningkatkan pelayanan kesehatan dan keperawatan kepada masyarakat.
B. Kode Etik Keperawatan menurut American Nurse Association (ANA) adalah sebagai berikut:
  1. Perawat memberikan pelayanan dengan penuh hormat bagi martabat kemanusiaan dan keunikan klien yang tidak dibatasi oleh pertimbangan status sosial atau ekonomi, atribut personal atau corak masalah kesehatan.
  2. Perawat melindungi hak klien akan privasi dengan memegang teguh informasi yang bersifat rahasia
  3. Perawat melindungi klien dan publik bila kesehatan dan keselamatannya terancam oleh praktek seseorang yang tidak berkompoten, tidak etis atau ilegal
  4. Perawat memikul tanggung jawab atas pertimbangan dan tindakan perawatan yang dijalankan masing-masing individu
  5. Perawat memelihara kompetensi keperawatan
  6. Perawat melaksanakan pertimbangan yang beralasan dan menggunakan kompetensi dan kualifikasi individu sebagai kriteria dalam mengusahakan konsultasi, menerima tanggung jawab dan melimpahkan kegiatan keperawatan kepada orang lain.
  7. Perawat turut serta beraktivitas dalam membantu pengembangan pengetahuan profesi
  8. Perawat turut serta dalam upaya-upaya profesi untuk melaksanakan dan meningfkatkan standar keperawatan
  9. Perawat turut serta dalam upaya-upaya profesi untuk membentuk dan membina kondisi kerja yang mendukung pelayanan keperawatan yang berkualitas
  10. Perawat turut serta dalam upaya-upaya profesi untuk melindungi publik terhadap informasi dan gambaran yang salah serta mempertahankan integritas perawat
  11. Perawat bekerja sama dengan anggota profesi kesehatan atau warga masyarakat lainnya dalam meningkatkan upaya-upaya masyarakat dan nasional untuk memenuhi kebutuhan kesehatan publik
C. Kode Etik menurut ICN
ICN adalah suatu federasi perhimpunan perawat di seluruh dunia yang didirikan pada tanggal 1 Juli 1899 oleh Mrs.Bedford Fenwich di Hanover Square, London dan direvisi pada tahun 1973. Adapun kode etiknya adalah sebagai berikut :
1.  Tanggung Jawab Utama Perawat
Tanggung jawab utama perawat adalah meningkatkan kesehatan, mencegah timbulnya penyakit, memelihara kesehatan dan mengurangi penderitaan. Untuk melaksanakan tanggung jawab utama tersebut, perawat harus meyakini bahwa :
  • Kebutuhan terhadap pelayanan keperawatan di berbagai tempat adalah sama.
  • Pelaksanaan praktik keperawatan dititik beratkan pada penghargaan terhadap kehidupan yang bermartabat dan menjunjung tinggi hak asasi manusia.
  • Dalam melaksanakan pelayanan kesehatan dan /atau keperawatan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat, perawat mengikutsertakan kelompok dan instansi terkait.
2.  Perawat, Individu dan Anggota Kelompok Masyarakat
Tanggung jawab utama perawat adalah melaksanakan asuhan keperawatan sesuai dengan kebutuhan masyuarakat. Oleh karena itu , dalam menjalankan tugas, perawat perlu meningkatkan keadaan lingkungan kesehatan dengan menghargai nilai-nilai yang ada di masyarakat, menghargai aadat kebiasaan serta kepercayaan individu, keluarga, kelompok dan masyarakat yang menjadi pasien atau kliennya. Perawat dapat memegang teguh rahasia pribadi (privasi) dan hanya dapat memberikan keterangan bila diperlukaan oleh pihak yang berkepentingan atau pengadilan.
3.  Perawat dan Pelaksanaan Praktik Keperawatan
Perawat memegang peranan penting dalam menentukan dan melaksanakan standar praktik keperawatan untuk mencapai kemampuan yang sesuai dengan standar pendidikan keperawatan. Perawat dapat mengembangkan pengetahuan yang dimilikinya secara aktif untuk menopang perannya dalam situasi tertentu. Perawat sebagai anggota profesi, setiap saat dapat mempertahankan sikap sesuai dengan standar profesi keperawatan.
4.  Perawat dan Lingkungan Masyarakat
Perawat dapat memprakarsai pembaharuan, tanggap, mempunyai inisiatif, dan dapat berperan serta secara aktif dalam menentukan masalah kesehatan dan masalah sosial yang terjadi di masyarakat.
5.  Perawat dan Sejawat
Perawat dapat menopang hubungan kerja sama dengan teman kerja, baik tenaga keperawatan maupun tenaga profesi lain di keperawatan. Perawat dapat melindungi dan menjamin seseorang, bila dalam masa perawatannya merasa terancam.
6.  Perawat dan Profesi Keperawatan
Perawat memainkan peran yang besar dalam menentukan pelaksanaan standar praktik keperawatan dan pendidikan keperawatan . Perawat diharapkan ikut aktif dalam mengembangkan pengetahuan dalam menopang pelaksanaan perawatan secara profesional. Perawat sebagai anggota profesi berpartisipasi dalam memelihara kestabilan sosial dan ekonomi sesuai dengan kondisi pelaksanaan praktik keperawatan.

Selasa, 15 Januari 2013

Penyakit Hydrocephalus