1. BATUK-PILEK
Batuk-pilek pada bayi bisa karena banyak faktor. “Sebagian besar
penyebabnya virus, yang jenisnya ada ratusan banyaknya. Biasanya sembuh
sendiri, kok. Gejalanya, hidung berair, kadang tersumbat, lalu diikuti
batuk dan demam.”
Selain virus, batuk-pilek juga bisa
karena bakteri. Biasanya disertai panas dan gejalanya lebih berat, yaitu
tenggorokan berwarna merah. Harus diberi antibiotik. Jika terus
berlanjut, bisa berakibat komplikasi radang telinga tengah. “Namun,
sakit telinga tak selalu terjadi pada batuk pilek.”
Jika cairan atau lendir banyak keluar
dari hidung bayi dan membuat napas tersumbat, beri obat tetes hidung
atau sedot cairan hidung dengan alat khusus. “Yang penting, penyebabnya
dulu yang diobati. Karena virus belum ada obatnya, maka pertahanan tubuh
si bayi-lah yang harus ditingkatkan.”
Biasanya, batuk-pilek pada bayi
terjadi sekitar lima hari. Jika panas tubuh bayi tak turun-turun hingga 2
– 3 hari, segera bawa ke dokter. “Orang tua tak perlu cemas jika bayi
batuk-pilek. Jika disertai panas, beri obat panas. Jangan lupa, beri
nutrisi yang baik, terutama yang mengandung vitamin dan mineral, seperti
buah-buahan atau jus, minum yang banyak, terutama ASI.”
2. INFEKSI TELINGA
Infeksi telinga dapat disebabkan batuk-pilek oleh virus yang
terus-menerus, sehingga virus masuk ke dalam saluran telinga. “Bisa juga
karena telinga kemasukan air yang mengandung kuman, sehingga
mengakibatkan peradangan saluran telinga tengah.”
Gejalanya, sakit pada telinga dan
panas yang tidak turun-turun selama 2 – 3 hari. “Harus segera dibawa ke
dokter. Kalau tidak segera ditangani, gendang telinga bayi bisa meradang
dan pecah.”
Jika tak diobati, lama-lama radang
telinga akan makin parah dan dapat menimbulkan nanah. “Jika nanah pecah,
cairan itu akan keluar dari telinga dengan bau yang tidak enak. Efek
jangka panjangnya, sistem pendengaran rusak.”
3. DIARE
Seperti halnya batuk-pilek, diare pada bayi juga bisa karena bermacam
faktor, dari makanan yang tercemar kuman atau virus, keracunan makanan,
sampai alergi susu. Diare pada bayi umumnya dapat dilihat dari jumlah
cairan yang keluar melalui buang air besar (BAB) yang lebih banyak dari
cairan yang masuk. Frekuensi BAB-nya lebih dari tiga kali sehari. Jadi,
harus diberi banyak cairan supaya tidak terjadi dehidrasi.
Pencegahannya, beri bayi minum,
misalnya oralit, minuman yang mengandung ion, atau minuman yang
mengandung probiotik, seperti yoghurt untuk membantu keseimbangan kuman
dalam perut. “Bayi enam bulan sudah boleh, kok, diberi minuman
mengandung ion atau probiotik.”
Kusnandi juga menegaskan, obat diare
yang paling ampuh bagi bayi sebenarnya ASI, karena mengandung obat
anti-virus atau kuman yang dapat mencegah dan mengurangi lamanya
penyakit bersarang di dalam tubuh bayi.
Diare yang disertai demam, lanjut
Kusnandi, paling sering disebabkan oleh virus. “Semua penyakit karena
virus, tidak ada obatnya. Yang penting, meningkatkan daya tahan tubuh
dan mengatasi kehilangan cairan tubuh dengan banyak-banyak minum,
terutama ASI.”
Sementara diare disertai muntah,
biasanya disebabkan karena rangsangan ke dalam saluran pencernaan.
“Rangsangan itu bisa macam-macam, bisa oleh kuman atau racun zat kimia.
Sekali lagi, yang penting adalah memberi minum yang banyak. Bisa juga
diberi obat anti muntah oleh dokter,” kata Kusnandi seraya mengingatkan
agar orang tua tidak memberi bayi obat pemampat feses atau tinja. “Jika
tinja mampat, kuman enggak mati, malah berkumpul di dalam usus. Lebih
baik kuman dikeluarkan dulu melalui BAB. Setelah kuman habis, otomatis
diare akan berhenti dengan sendirinya,” kata Kusnandi mengingatkan.
4. BATUK PLUS SESAK NAPAS
Pada bayi yang memiliki potensi alergi atau asma, batuk pilek lama-lama
bisa menimbulkan sesak napas. “Batuk-pilek ini terjadi akibat kuman yang
lama-lama menyebar ke paru-paru. Bisa mengakibatkan gejala radang
paru-paru, yaitu sesak napas,” ujar Kusnandi.
Jika sudah menyerang paru-paru,
berarti sudah masuk ke tahap serius dan harus betul-betul diobati.
“Tanda-tanda sesak napas ini dapat dilihat secara fisik, antara lain
bayi bernapas lewat hidung, sehingga cuping hidung kembang-kempis,
napasnya cepat, setiap bernapas seperti ada yang menariknya hingga
dadanya cekung.”
Penanganan gejala-gejala serius ini
harus lebih teliti. Bila perlu dirawat di RS untuk diberi oksigen. “Jika
sudah sampai ke tahap serius, tak bisa lagi hanya diberi perawatan di
rumah. Bisa bahaya dan harus segera ditolong dokter,” tegas Kusnandi.
5. SAKIT TENGGOROKAN
Sakit tenggorokan pada bayi bisa karena kuman atau virus yang menyerang
tenggorokan. “Tanda-tanda fisiknya, tenggorokan berwarna merah, yang
dapat terlihat di bagian leher. Bayi juga terlihat seperti kesakitan,
rewel, dan biasanya sulit menelan.”
Jika disebabkan virus, biasanya dokter
akan memberi obat pengurang rasa sakit, vitamin, dan dianjurkan diberi
makan yang banyak, terutama jus buah, sayur bening, dan ASI, agar
tubuhnya kembali kuat. Namun jika penyebabnya kuman, dokter akan memberi
antibiotik. “Bisa berupa sirup atau puyer. Puyer lebih ekonomis dan
dosisnya bisa lebih tepat, karena dihitung per kilogram berat badan
bayi. Efektivitasnya, sih, sebenarnya sama saja dengan sirup.”
6. SEMBELIT
Penyebab sembelit bisa karena kurang makan makanan berserat. Oleh karena
itu, bayi sebaiknya diberi banyak buah, sayuran, dan ASI. “Berikan
puding atau agar-agar, buah-buahan, dan sayuran. Untuk bayi yang belum
bisa makan, berilah ASI sebanyak mungkin. Biasanya, bayi yang masih
minum ASI jarang sembelit, kecuali bayi yang diberi susu formula.
Mungkin susunya kurang cocok.”
Untuk mengatasi sembelit, pilih susu
yang cocok. “Sementara dokter biasanya akan memberi obat untuk
melancarkan BAB-nya.” Namun, ada juga bayi baru lahir yang tak bisa
buang air besar. “Keluhannya, perut kembung dan sering muntah. Itu
karena saraf dari usus kurang, sehingga gerak peristaltiknya pun
berkurang. Ini penyakit bawaan, harus dioperasi untuk membuang usus yang
tidak ada sarafnya. Kasus seperti ini sering terjadi pada bayi baru
lahir,” terang Kusnandi.
7. INFEKSI SALURAN KEMIH
Selain sulit BAB, infeksi saluran kemih juga sering terjadi pada bayi
yang baru lahir. “Banyak terjadi pada bayi perempuan, karena saluran
kemih perempuan lebih pendek dari saluran kemih bayi laki-laki, sehingga
kuman lebih gampang masuk ke dalam tubuh. Jika bayi panas tanpa diserta
batuk-pilek atau sakit telinga, orang tua harus selalu berpikir bahwa
ini bisa saja sakit radang saluran kemih.”
Gejala infeksi saluran kemih hanya
panas atau air kencingnya sedikit, dan bayi merasa nyeri di daerah perut
atau kesakitan saat buang air kecil/kencing. “Kadang-kadang, radang
atau infeksi saluran kemih ini tidak bergejala juga. Buang airnya pun
normal. Justru jika gejala tak muncul, sangat berbahaya karena dapat
merusak ginjal.” Oleh karena itu, jika bayi demam lebih dari 38,5 0
Celcius, segera periksakan ke dokter.
8. MUNTAH
Muntah atau gumoh disebabkan karena perut bayi yang baru lahir ukurannya
masih sangat kecil. “Daya tampungnya masih sedikit. Kalau terlalu
banyak diberi susu, dia akan memuntahkan susunya kembali.”
Oleh karena itu, untuk bayi yang
diberi susu formula, pada saat disusui, posisi botol susu dan botol
harus pas dengan mulutnya agar udara tidak ikut masuk ke dalam mulut
bayi. Udara yang ikut masuk ini dapat menyebabkan bayi muntah. Sementara
untuk bayi yang disusui ASI, posisi menyusui harus betul dan pas. Usai
disusui, gendong bayi dengan posisi seperti berdiri hingga bersendawa.
Setelah itu bayi ditidurkan dengan posisi miring ke kiri.
9. ALERGI
Banyak hal yang dapat menyebabkan alergi pada bayi. “Yang paling sering
alergi susu sapi atau susu formula. Jika ibu atau keluarganya punya
bakat alergi, bayi pun jadi gampang alergi. Sebagian besar alergi timbul
karena makan telur, sea food, dan susu formula.”
Untuk menghindarinya, ibu menyusui
sebaiknya menghindari konsumsi makanan alergen seperti telur,
kacang-kacangan, sea food, atau makanan pemicu alergi. “Pasalnya, alergi
ini dapat langusng terbawa melalui ASI. Dokter biasanya memberikan susu
anti-alergi khusus untuk bayi yang memiliki bakat alergi atau alergi
pada susu formula. Susu antialergi ini mudah didapat dan sudah banyak
dijual, kok.”
10. RUAM POPOK
Usai buang air atau pipis, popok bayi harus segera diganti agar tidak
menimbulkan iritasi atau merah-merah pada kulit bayi. Jika kulit bayi
mengalami iritasi, kuman akan lebih mudah masuk ke dalam tubuh bayi.
Untuk mencegahnya, gantilah popok sesering mungkin dan pakaikan pampers
yang dapat menyerap banyak air.
Untuk popok kain, sebaiknya
rajin-rajin mencuci popok. “Teknologi sudah semakin canggih, orang kini
menciptakan pampers yang dapat menyerap air lebih banyak agar lebih
praktis. Namun, bukan berarti bayi harus seharian pakai pampers yang
itu-itu terus. Udara juga harus bisa keluar masuk, dong. Hanya saja,
kelebihan pampers dapat mengurangi frekuensi pergantian popok,
dibandingkan popok kain.”
Pengobatan untuk ruam popok, jika
kulit bayi terkena popok basah, dapat diobati dengan memberikan bedak,
talek, atau salep. “Tetapi yang paling penting harus sesering mungkin
mengganti popok atau pampers. Artinya, kondisi kulit bayi harus tetap
dalam keadaan kering.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar