Kamis, 04 Oktober 2012

penyakit difteri


Penyakit Difteri

Difteri adalah penyakit akibat terjangkit bakteri yang bersumber dari Corynebacterium diphtheriae. Difteri ialah penyakit yang mengerikan di mana masa lalu telah menyebabkan ribuan kematian, dan masih mewabah di daerah-daerah dunia yang belum berkembang. Orang yang selamat dari penyakit ini menderita kelumpuhan otot-otot tertentu dan kerusakan permanen pada jantung danginjalAnak-anak yang berumur satu sampai sepuluh tahun sangat peka terhadap penyakit ini.

Penularan
Kuman difteri disebarkan oleh menghirup cairan dari mulut atau hidung orang yang terinfeksi, dari jari-jari atau handuk yang terkontaminasi, dan dari susu yang terkontaminasi penderita.

Simptom
Gejala yang muncul ialah sakit tenggorokan, demam, sulit bernapas dan menelan, mengeluarkan lendir dari mulut dan hidung, dan sangat lemah. Kelenjar getah bening di leher membesar dan terasa sakit. Lapisan(membran) tebal terbentuk menutupi belakang kerongkongan atau jika dibuangkan menutup saluran pernapasan dan menyebabkan kekurangan oksigen dalam darah.

Perawatan dan pencegahan
Perawatan bagi penyakit ini termasuk antitoksin difteri, yang melemahkan toksin dan antibiotikEritromisin dan penisilin membantu menghilangkan kuman dan menghentikan pengeluaran toksin. Membuat lubang pada pipa saluran pernapasan atas(tracheotomy) mungkin perlu untuk menyelamatkan nyawa. Umumnya difteri dapat dicegah melalui vaksinasi. Bayi, kanak-kanakremaja, dan orang dewasa yang tidak mempunyai cukup pelalian memerlukan suntikan booster setiap 10 tahun.






Penyebaran penyakit difteri telah menjangkiti 329 warga di Jawa Timur dengan 11 orang di antaranya meninggal dunia. Hal ini menyebabkan Pemerintah Provinsi Jawa Timur menetapkan penyebaran penyakit difteri di 34 kabupaten/kota di Jatim sebagai kejadian luar biasa (KLB).
Penyakit ini berasal dari bakteri corynebacterium dhipteria yang menular melalui udara dan pernapasan manusia.
"Gejala awalnya biasanya suhu badan tinggi (panas), sakit pada tenggorokan, nyeri untuk menelan dan sesak nafas," terang Kepala Seksi Pencegahan Pengamatan Penyakit Penanggulangan Masalah Kesehatan (P3MK) Dinas Kesehatan Kabupaten Blitar Hendro Subagyo.
Menurut Hendro, usia di bawah 15 tahun menjadi kelompok paling mudah terjangkiti penyakit radang selaput lendir pada hulu kerongkongan ini. Terutama untuk anak-anak yang pada masa bayi tidak memperoleh imunisasi DPT.
Kabupaten Blitar menempati posisi ke-10 sebagai daerah tingkat dua dengan jumlah penderita difteri terbanyak di Jawa Timur. Hingga Oktober 2011, tercatat 11 warga Kabupaten Blitar terjangkit difteri. Sebanyak 10 di antaranya berusia di bawah 15 tahun dan seorang 54 tahun.
“Jumlah 11 penderita ini sudah termasuk kategori besar,“ ujar ungkapnya.
Untuk mengantisipasi hal tersebut, dinas kesehatan sejak September 2010 telah melakukan imunisasi Tetanus Difteri (TD) secara massal kepada siswa SD dan SMP. Kemudian juga pemberian provilagzis atau antibiotic kepada warga yang pernah kontak fisik dengan penderita difteri.
“Ini merupakan bentuk penyulaman atau penyempurnaan imunisasi yang tidak lengkap,“ pungkasnya.


Faktor itu adalah, karena cakupan imunisasi gagal mencapai target, imunisasi tidak merata di seluruh wilayah, imunisasi gagal membentuk antibodi secara maksimal pada anak dan terdapat kantong-kantong endemis difteri yang gagal penuhi target imunisasi. 
1.   Menurut Tjandra, penularan difteri sejatinya dapat dicegah dengan pemberlakuan program imunisasi. Kemudian, pemberian vaksin DPT (difteri, tetanus dan polio) dapat memberikan kekebalan anak-anak dari penyakit tersebut. Vaksinasi DPT sendiri masuk dalam kebijakan program imunisasi wajib yang diberikan pemerintah. 
Prof Tjandra menuturkan untuk penangannya saat ini metodologinya sudah jelas, salah satunya adalah dengan mengejar kantong-kantong (daerah-daerah) yang tidak terdeteksi atau belum diberikan imunisasi supaya tercover dengan cepat.


Selain itu bantuan lainnya seperti obat-obatan juga sudah dikirim ke wilayah wabah, sedangkan untuk vaksin DPT sudah secara otomatis diberikan karena termasuk ke dalam kebijakan program imunisasi wajib yang diberikan pemerintah.
Langkah antisipasi sehubungan dengan KLB penyakit difteri imunisasi secara serentak di seluruh puskesmas pada seluruh anak di bawah usia 10 tahun, baik yang terkena difteri maupun yang belum. Pemerintah juga seharunya mensosialisasikan cara pencegahan dini difteri secara terus menerus berdasarkan periode. Penyakit difteri dapat ditanggulangi secara dini pada rumah tangga melalui pengenalan gejala penyakit seperti panas tinggi, batuk disertai pilek, pembengkakan tenggorokan, dan terdapat selaput putih di tenggorokan. Gejala lainnya seperti cepat malas, kulit mudah berdarah jika dipegang, sakit mata sampai bengkak dan kotoran mata sampai berdarah. Bila menunjukkan gejala tersebut pada anak, maka segera dibawa ke dokter atau puskesmas terdekat untuk mendapatkan penanganan. Langkah lainnya adalah pendataan dan pelacakan ke tempat atau rumah pasien untuk mengidentifikasi kontak eratnya yang berhubungan dengan penderita. Spesimen pendataan diteliti di laboratorium untuk memantau penyebaran pada kontak erat pasien, terutama yang dewasa.
Kedepan, kualitas program imunisasi yang harus diperkuat. Gerakan imunisasi guna menanggulangi meluasnya penularan penyakit harus dilakukan secara berkelanjutan. Setidaknya butuh waktu tiga tahun untuk menekan kasus penularannya. Peranan pemerintah sangat penting dalam menjaga cakupan imunisasi sampai 95 % untuk anak Indonesia. Jika pemerintah mampu menjaga kesinambungan program imuniasasi, maka KLB difteri kecil kemungkinan akan terjadi karena kasus penularannya akan menurun.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar